Rabu, 20 Juni 2012 | 20:10 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Format pelaksanaan ujian
mandiri bersama perguruan tinggi negeri yang tergabung dalam Majelis Rektor
Perguruan Tinggi Negeri Indonesia segera dibahas.
Pada dasarnya perguruan tinggi negeri (PTN) menyambut baik ujian
mandiri bersama yang direncanakan mulai tahun 2013 untuk mengantisipasi
penghapusan seleksi nasional mahasiswa PTN melalui jalur tertulis.
"Selama seleksi nasional bersama menjamin kualitas soal dan
penyelenggaraan yang baik dan memberikan input calon mahasiswa yang baik, kami
mendukung," kata Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Bedjo Sujanto di
Jakarta, Rabu (20/6/2012).
Bagi UNJ, kata Bedjo, ujian mandiri bersama bukan hal baru.
Kampus calon guru ini bergabung bersama sejumlah PTN sejak 2008 untuk mengikuti
ujian masuk bersama yang dilaksanakan Perhimpunan Seleksi Penerimaan Mahasiswa
Baru Nusantara. Pada tahun ini jumlahnya 13 PTN.
Secara terpisah, Rektor Insitut Teknologi Sepuluh Nopember,
Surabaya, Tri Yogi Yuwono mengatakan, seleksi nasional bersama, termasuk lewat
ujian mandiri bersama, tetap menguntungkan kampus.
"Mahasiswa yang masuk ke kampus tetap bisa didapat dari
hasil seleksi secara nasional. Tinggal diatur bagaimana formatnya yang pas
karena tiap PTN punya sistem sendiri yang berbeda terkait jalur
mandirinya," kata Tri.
Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Akhmaloka menambahkan,
sejak dua tahun lalu ITB menerima mahasiswa baru dari jalur Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tulis dan undangan. Seleksi nasional
bersama tidak masalah untuk ITB.
Ravik Karsidi, Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS),
Surakarta, mengatakan akan mengikuti kesepakatan bersama Majelis Rektor PTN
Indonesia. Jalur mandiri UNS saat ini mencapai 25-30 persen. Penerimaan
terbanyak justru lewat SNMPTN jalur tulis dan undangan.
Jalur mandiri di tiap PTN berbeda-beda, baik lewat tes tertulis
maupun seleksi siswa berprestasi. Ada PTN yang membedakan biaya pendidikan awal
antara mahasiswa yang masuk lewat jalur SNMPTN dan jalur mandiri